Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda

Memancing ikan atau presenter? Ya, tulisan ini memang akan mengawinkan dua topik yang jauh berbeda. Di satu sisi soal memancing ikan. Di sisi lain soal presenter acara.

Kenapa ingin menulis soal kedua hal yang berbeda itu? Entahlah. Tapi saya memang terbiasa menulis sesuka hati. Yang terpenting, tulisan itu tetap ada punchline-nya, berusaha menghibur, dan diharapkan tetap ada manfaat bagi yang membacanya.

         Kebetulan saja, topiknya muncul gara-gara urusan memancing ikan dan berkaitan dengan presenter acara. Lebih tepatnya, gara-gara acara memancing ikan, saya dapat angle untuk bicara soal presenter acara.

         Nah lho!

 

***

 

Jujur, saya tidak hobi mancing. Mungkin karena memang belum pernah memancing serius. Tapi andai dipaksa pun mungkin susah. Salah satu alasannya: Saya tidak suka berada di atas kapal saat permukaan air bergoyang.

Agak ironis, karena kata ibu saya, nenek moyang saya adalah nelayan di Kalimantan.

Tapi dalam hidup ini, kadang kita “ditunjukkan” sesuatu justru saat sedang tidak bisa berbuah apa-apa. Eksposur saya ke dunia mancing terjadi gara-gara sakit. Tepatnya, gara-gara harus banyak terbaring di tempat tidur karena memang tidak bisa banyak beraktifitas.

Saat itu, kadang yang bisa dilakukan hanya bersandar dan menonton televisi. Ada puluhan channel tersedia, dan saya biasanya mencari film, sitkom, atau acara olahraga tertentu.

Pada suatu saat, televisi sedang menampilkan BBC Earth. Mau memindahkan channel tidak bisa, karena remote-nya jauh dari jangkauan. Ya sudah, pasrah saja, menelan semua acara yang ada di BBC Earth.

Eh, ternyata ada acara yang sama susul menyusul episodenya siang itu. Yaitu Extreme Fishing. Pikir saya, ya sudah lah. Daripada menonton pertandingan golf.

Walau awalnya setengah perhatian, lama-lama saya jadi khusyuk menontonnya. Lalu lanjut menonton episode selanjutnya. Ketika habis, muncul hasrat untuk menonton lagi episode-episode lain di YouTube.

Saya jadi fans memancing. Saya tetap tidak punya hasrat pergi memancing. Tapi saya jadi fans memancing.

Sejak saat itu, sampai hari ini, saya selalu mengecek jadwal kapan ada episode baru Extreme Fishing. Tayangan ulang pun saya lahap.

         Kok bisa begitu? Menurut saya, ini murni gara-gara presenternya.

***

         Pembawa acara Extreme Fishing namanya Robson Green. Seorang aktor Inggris yang dari dulu ternyata memang hobi mancing. Di acara ini, dia keliling dunia, bertemu pemancing-pemancing lain, mencoba memancing ikan-ikan dengan berbagai tantangan dan metode. Kadang, dia tinggal di pedalaman hutan, bersama penduduk lokal, lalu ikut bekerja mencari ikan.

         Ada episode yang menceritakan jauhnya perjalanan hingga ke “ujung dunia.” Seperti pergi ke Kaledonia Baru, Siberia, juga Papua Nugini.

Ada episode yang berisikan tantangan-tantangan. Maksudnya, dia pergi untuk menantang para pemancing di berbagai negara. Satu episode tantangan berisi lima segmen. Bisa besar-besaran atau panjang-panjangan ikan, bisa banyak-banyakan ikan dalam waktu tertentu. Kadang dia menang, kadang dia kalah.

Robson Green ini, seperti presenter BBC pada umumnya, kalau bicara nadanya pas. Tidak pernah tinggi, selalu pas. Kalau teriak atau nada tinggi ada maksudnya, kalau bicara berbisik ada momen dan maksudnya.

Tidak terlalu banyak bicara, tapi setiap kalimatnya ada maksud/makna. Kadang memberi pengetahuan baru tanpa sok tahu, atau bercanda halus. Dan yang paling saya suka, dia tidak malu untuk mempermalukan diri sendiri. Tidak merasa paling pintar, selalu membuat partner-nya memancing (yang biasanya orang biasa) menjadi sangat berarti (walau kadang selalu diam seribu bahasa).

Dan kadang, memancingnya tidak sesuai harapan. Satu episode tidak dapat ikan pun pernah. Ini bukan masalah, karena dia mengimbanginya dengan lelucon atau aksi lucu.

Kadang tantangannya berlangsung imbang. Kalau sudah imbang, maka Green punya trik-trik lucu untuk memastikan ada pemenang. Saat di Brazil misalnya, dia menantang lawan mancingnya adu penalti di pantai ketika persaingan di laut imbang. Atau dia menantang adu panco. Pernah juga, yang kalah harus menjalani ritual waxingpada daerah kemaluan (wkwkwkwk…).

Pernah juga dia terjebak kemacetan dan gagal memancing di Tiongkok. Acara tetap berlangsung menarik, karena dia memutuskan untuk mengganti acara memancing dengan menyanyi di atas bus (setelah di-Google, dia ternyata dulu penyanyi!).

Plus, yang menurut saya lucu, dia pernah ganti “memancing” di daratan saat di Argentina. Dia naik kuda, ikut para penggembala, lalu belajar melemparkan laso untuk menangkap sapi.

Gara-gara Robson Green, saya jadi ikut pergi ke tempat-tempat yang mungkin tidak akan pernah saya kunjungi. Saya juga jadi tahu jenis-jenis ikan di tempat-tempat tertentu.

Dan saya bisa tertawa selayaknya menonton sitkom.

         Pada hari ini, Robson Green adalah salah satu presenter favorit saya…

 ***

Gara-gara Robson Green, saya dapat pintu untuk berbicara dan berkomentar soal presenter televisi. Kalau ditanya seperti apa presenter televisi favorit, jawaban saya adalah yang seperti Robson Green itu.

Perinciannya begini:

Berdasarkan pelajaran public speaking di masa kuliah, pengalaman lebih dari sepuluh tahun jadi komentator Formula 1 (dan sesekali jadi presenter saat presenternya terlambat datang ke studio), serta berkenalan dengan banyak presenter televisi/penyiar radio/MC (he he), saya punya beberapa kategori utama untuk menyukai seorang presenter.

         Pertama, intensitas suara yang dia keluarkan, baik dalam hal tone maupun volume.

         Kepala saya paling pusing kalau mendengar presenter/penyiar/MC yang bicaranya seperti machine gun. Tat-tat-tat-tat-tat begitu cepat sehingga jadi tidak jelas yang dia omongkan apa. Saya mengerti kalau dia memang dibayar untuk berbicara, tapi kan dibayarnya untuk berbicara menyampaikan sesuatu. Bukan sekadar ngoceh rame.

         Apalagi kalau bicaranya setengah teriak. Ampun!

         Kedua, content-nya harus kuat. Kita harus bisa menghitung, berapa banyak informasi bermanfaat/berguna yang tersampaikan per menit.

         Atau, kita harus bisa menghitung jumlah informasi bermanfaat/berguna/menghibur yang diraih dari total jumlah kata/kalimat yang dia lontarkan.

         Seringkali kita mendengar seorang presenter atau penyiar bicara setengah jam, tapi informasi berguna yang kita dapatkan adalah nol.

         Ya, saya paham, ada kategori penting lain yang juga harus diutamakan. Yaitu penampilan fisik.

Itu juga tidak apa-apa, karena seorang presenter memang harus bisa memikat perhatian audiens-nya. Asal tetap ingat saja, bahwa yang harus dipikat utama adalah sel-sel otak pemirsanya. Bukan organ yang lain... (*)

Comments (3)

Catatan Rabuan

Mudik Mobile Chicane

Saat libur Lebaran, saya biasanya tidak ke mana-mana. Menikmati ketenangan Kota Surabaya. Kalau pun “mudik,” hanya seben...

Senangnya Dirampok di Kereta

Saat ke Amerika, saya paling suka kembali ke tempat yang familiar. “Pulang kampung” ke Kansas tempat dulu SMA, atau ke S...

Kangen Kedinginan

Hidup memang belum normal. Akhir Januari ini bisa jadi penanda khusus hidup saya. Untuk kali pertama entah sejak kapan,...

Lombok Pertama

Akhirnya, setelah sekitar setahun, saya naik pesawat lagi. Ya, ya, ya, ini bukan sesuatu yang istimewa buat banyak orang...