Media baik, dunia baik. Film baru Superman punya angle menggelitik soal itu. Bagaimana media beneran yang baik akan membuat dunia lebih baik, mengalahkan segala kekacauan yang bisa dimunculkan akibat penyalahgunaan media sosial. Wartawan beneran yang kritis dan mau bersusah payah akan mengalahkan ratusan --bahkan ribuan-- monyet buzzer.
Kekuatan film baru Superman besutan James Gunn bukan hanya pada adegan-adegan aksinya. Juga bukan hanya pada pilihan-pilihan lagu pengiringnya yang selalu jitu dan unik.
Salah satu kekuatan film ini adalah menampilkan dialog-dialog dan adegan-adegan sindiran, yang terus mengingatkan kita tentang pentingnya jurnalisme beneran dan bahaya media sosial.
Penggemar superhero itu tentu sudah tahu, Superman dalam kesehariannya adalah Clark Kent yang bekerja sebagai wartawan di Daily Planet. Di situlah dia berkenalan dan kemudian menjalin hubungan romantis dengan sesama wartawan, Lois Lane.
Di film baru, keduanya digambarkan baru menjalan hubungan selama tiga bulan. Lois Lane sudah tahu rahasia Kent sebagai Superman, tapi belum sepenuhnya mau terlibat dalam hubungan lebih serius. Masih mengutamakan karir sebagai jurnalis handal.
Salah satu dialog terbaik di film itu terjadi di apartemennya, saat Lois Lane bersama Kent, namun mewawancarainya sebagai Superman.
Walau punya hubungan khusus, Lois tak takut menembakkan pertanyaan-pertanyaan kritis. Bagaimana Superman, walau bertujuan murni baik, tetap bisa disalahpahami dan mengakibatkan situasi lebih buruk. Misalnya ketika Superman menghentikan perang, dan itu punya dampak politis antarnegara yang tidak diharapkan.
Dialog beberapa menit itu secara halus mengajarkan kita tentang jurnalistik dasar. Bagaimana ketika beberapa kali Clark sebagai Superman keceplosan ngomong, namun kemudian meminta Lois untuk tidak menggunakan omongan tersebut.
Lois, dengan nada kesal, harus mengingatkan Clark/Superman untuk lebih dulu bilang "off the record" sebelum mengucapkannya. Bukan setelahnya.
Ketika membahas media sosial, Lois menyebut tetap ada pihak-pihak yang terus nyinyir dan menyudutkan Superman. Menggunakan hashtag-hashtag yang menjelek-jelekkan sang superhero. Lois pun bertanya, bagaimana pendapat Superman tentang itu?
Clark sebagai Superman mengaku tidak peduli. Dia mengaku tak punya waktu untuk segala komentar online itu. Sesekali melirik, tapi secara umum tidak peduli. Lois lantas mengingatkan, bahwa dia kadang melihat Clark membaca komentar medsos dan kemudian ngomel-ngomel sendiri.
Menegaskan bahwa orang boleh bilang mereka tidak peduli komentar medsos, tapi tetap punya godaan untuk melihatnya.
Di film ini, musuh utama Superman memang bukan hanya Lex Luthor dan pengawalnya, Ultraman dan The Engineer. Musuh utama Superman juga media sosial. Luthor, yang benar-benar benci Superman, juga mengerahkan pasukan buzzer untuk terus mencoreng nama baik Superman.
Kepada para buzzer dunia nyata, James Gunn punya pesan khusus: Kalian adalah monyet. Wkwkwkwk...
Di film ini, Gunn menggambarkan bagaimana Luthor mengerahkan pasukan bedes (monyet) untuk terus rajin mem-posting pesan-pesan yang menyudutkan Superman.
Karena kredibilitas Superman begitu kuat, ratusan monyet itu tak mampu membuat kehancuran. Tapi kemudian, Luthor mendapatkan amunisi dahsyat. Dia menemukan rekaman orang tua asli Superman di Krypton, yang menyebutkan bahwa mereka mengirim Kal-El (nama asli Superman) ke Bumi untuk menjadi penguasa. Menaklukkan manusia dan memperbanyak keturunan Krypton di Bumi.
Luthor pun menggunakan media beneran untuk menyampaikan temuannya itu. Publik pun berbalik mengutuk Superman. Apalagi setelah semua pihak mengkonfirmasi bahwa rekaman ucapan orang tua Superman itu asli. Tidak hasil rekayasa Luthor. Untuk memenuhi tekanan masyarakat, Superman pun menyerahkan diri dan kemudian ditahan oleh pemerintah Amerika via Luthor.
Anda harus menonton film ini untuk melihat kelanjutan-kelanjutannya. Namun, pada akhirnya, fakta yang memberatkan itu kembali dikalahkan oleh fakta lain.
Lois Lane (bersama Mr. Terrific yang bisa dibilang bintang kejutan terbaik film ini) terus bekerja untuk membantu Superman. Bersama pasukan Daily Planet, mereka melakukan investigasi, mencari informasi baru, untuk menyampaikan kepada masyarakat apa yang sebenarnya terjadi.
Ya, Superman memang dikirim orang tua aslinya untuk menaklukkan Bumi. Tapi Superman pada kenyataannya tidak melakukan itu, bahkan mendedikasikan dirinya untuk membantu segala mahluk hidup.
Lewat sumber valid, lewat koneksi, lewat jalur orang dalam, Daily Planet berhasil menemukan fakta terbaru: Bahwa Lex Luthor adalah pengkhianat sebenarnya. Luthor menginginkan perang antara dua negara untuk mendapat bagian khusus. Dia memang membenci Superman, dan menggunakan kebencian itu untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari tujuan utamanya menjadi penguasa.
Media baik, dunia pun baik.
Monyet-monyet buzzer tak mampu mengalahkan kerja jurnalistik yang sebenarnya.
Waktu saya dulu SMA di Kansas, saya tinggal bersama keluarga angkat yang juga punya latar belakang media (pengelola koran lokal). Saya membantu bekerja di koran mereka, Ellinwood Leader, sebagai fotografer dan layouter tempel manual (zaman 1993-1994). Sambil pelan-pelan diajari menulis dalam bahasa Inggris.
Pada suatu ketika, saya mendapatkan sebuah kaus yang sangat berkesan. Tulisannya: "A good journalist have the power of 10,000 men". Bahwa seorang jurnalis yang baik memiliki kekuatan sepuluh ribu orang.
Film baru Superman mengingatkan saya pada kaus itu. Bahwa media dan jurnalis yang baik memiliki kekuatan lebih dari ratusan --atau ribuan-- media sosial dan monyet buzzer.(Azrul Ananda)
Baca Juga: Superman Didikan Kansas