Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda

Waaaaawwww. Grand Prix Austria 5 Juli kemarin seru luar biasa. Lap terakhirnya perhatian saya terfokus ke Lando Norris, pembalap muda McLaren-Renault. Dia hanya butuh finis under lima detik di belakang Lewis Hamilton untuk mengamankan podium pertama dalam karirnya.

Dan... Spektakuler! Lando Norris mencatatkan fastest lap lomba pada putaran terakhir itu. Secara resmi dia finis 4,8 detik di belakang sang juara dunia enam kali. Secara resmi, Norris pun meraih podium dengan selisih hanya 0,2 detik dari waktu yang dibutuhkan!

Minggu malam itu, dan Senin paginya, beberapa teman saya --penggemar Formula 1-- terus berkomentar atau bertanya soal Norris. "Anak siapa ini?" tanya mereka.

Yang jelas, dia bukan anak Chuck Norris. Dia bahkan mungkin tidak kenal siapa itu Chuck Norris.

Lando Norris ini benar-benar generasi baru. Bahkan, ini benar-benar pembalap model baru. Kita harus siap-siap, pembalap masa depan modelnya kira-kira ya seperti Lando ini.

Seperti biasa, penggemar kasual baru sadar seseorang itu hebat ketika dia mendapatkan sebuah momen istimewa. Bagi Lando Norris, momen istimewa itu terjadi di A1 Ring Minggu lalu. Seluruh dunia sekarang sudah melihat seorang Lando Norris balapan hebat dan naik podium.

Bagi yang mengikuti F1 cukup detail seperti saya, momen seperti itu mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja. Lando ini juara F3 Eropa 2017, runner-up F2 2018.

Musim lalu, musim pertamanya di F1, dia seolah tenggelam di balik rekan setimnya, Carlos Sainz. Tapi sebenarnya, dalam hal kualifikasi, Lando unggul 11-10 dari total 21 lomba. Jadi, sekali lagi, hanya tinggal menunggu waktu.

Di Austria kemarin, Lando kembali unggul kualifikasi atas Sainz, start di urutan tiga. Tapi yang paling menunjukkan kualitas: Lando mampu tancap gas dan mengeksekusi di saat dia benar-benar HARUS.

Pada putaran-putaran akhir itu, dia dengan gagah membendung tekanan Sainz. Kemudian, dia dengan garang menyalip Sergio Perez (Racing Point) walau sempat bersentuhan. Dan, pada putaran terakhir, dia benar-benar tancap gas bak kualifikasi untuk mengamankan posisi podium.

Nah, aksi di lintasan itu menunjukkan kualitasnya sebagai pembalap. Apa yang dia lakukan setelah finis-lah yang sebenarnya orang-orang perlu tahu. Karena itulah Lando Norris yang ASLI kelihatan.

Lando Norris yang "anak lucu" keluar terlihat di hadapan mata dunia.

Ada konyolnya, ada banyolnya, ada blakblakan-nya. Tapi apa adanya dan tidak pura-pura.

Saat menghentikan mobil, tampak Lando mengerem begitu terlambat dan "menyundul" papan penanda posisi. Kayaknya tidak sengaja, tapi rasanya itu Lando jadi diri sendiri. Kemudian dia melompat keluar mobil, memeluk bos tim Zak Brown dan mencoba memeluk anggota tim lain. Dia "setengah" lupa kalau F1 sedang menerapkan protokol ketat, tidak banyak bersentuhan dan berpelukan.

Cara dia menyemprotkan sampanye juga unik dan lucu. Dengan cara membenturkan botol ke aspal. Lalu saat diwawancara juga blakblakan, memelintirkan kata "f**k" dengan "fudge."

Bagi saya, yang sudah puluhan tahun (wadaw!) mengikuti F1 dan pernah belasan tahun meliput langsung, Lando Norris ini seperti angin segar. Ini anak model baru, pembalap model baru.

Terus terang, dalam sepuluh tahun terakhir, rasanya pembalap-pembalap F1 itu gayanya hampir sama semua. Terkesan songong. Jalan agak gaya, jarang senyum, cenderung susah diajak ngomong. Jaga image banget. Jagoan maupun bukan.

Semuanya serba diatur rapi. Saat wawancara terus dikawal, saat mendatangi acara sponsor serba ditata. Tidak natural sama sekali.

Lando Norris ini beda banget.

Saya sering bilang ke orang-orang (khususnya yang suka F1), supaya memperhatikan channel YouTube-nya Lando Norris. Dia secara berkala mengeluarkan vlog bertitel LandoLOG. Lucu dan natural sekali.

Favorit saya, saat dia nonton MotoGP tahun 2019 lalu, bertemu dengan idolanya Valentino Rossi. Lalu dia jalan-jalan di sirkuit seperti seorang fans beneran. Termasuk belanja barang-barang di sirkuit.

Juga saat dia latihan hujan-hujan banjir-banjir naik sepeda balap, atau ketika tampil di Festival Goodwood mengendarai mobil F1 tahun 1970-an.

Celetukan-celetukannya begitu natural. Kayak ABG "normal." Tidak dandan berlebihan, rambut acak-acakan, tidak jaim sama sekali. Padahal, dia ini aslinya anak orang kaya sekali di Inggris (ibunya orang Belgia).

Lando Norris ini baru berusia 20 tahun. Dia baru lahir saat saya wisuda kuliah di penghujung 1999. Bahkan Valentino Rossi pun bilang ke dia, kalau dia (Rossi) bisa jadi ayahnya (Lando).

Gaya Lando ini, menurut saya, sangat penting untuk masa depan F1. Ajang balap paling bergengsi ini belakangan sedang getol mengejar penggemar muda, penggemar baru. Mencoba masuk ke jalur-jalur yang identik dengan generasi baru. Khususnya media sosial.

Lando Norris merupakan "bahan jualan" yang ideal untuk masa depan. Seiring dengan empat bintang muda lain, Max Verstappen dan Alex Albon (Red Bull), Charles Leclerc (Ferrari), plus George Russell (Williams). Walau empat yang lain itu sepertinya masih agak terkekang gayanya oleh tim masing-masing.

Bintang-bintang itu benar-benar representasi generasi baru. Mereka juga hobi dan jago balapan "game" alias eRacing (kecuali mungkin Verstappen). Itu kelihatan di saat masa libur karena pandemi, ketika mereka asyik ikut even-even balapan eRacing.

Formula 1 --secara keseluruhan-- mungkin bernapas lebih lega Minggu kemarin. Selain musim 2020 kembali berlangsung dan berlangsung seru, mereka juga dapat kesempatan menunjukkan bintang-bintang muda masa depannya.

Ingat, Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel terus menuju usia kepala empat. Kimi Raikkonen bahkan sudah kepala empat. Mereka yang usia 25-30 tidak banyak yang spektakuler. Belum ada yang benar-benar menonjol.

Kini itu sudah bukan lagi masalah. Ada banyak anak muda yang siap meramaikan persaingan dalam sepuluh tahun ke depan. Dan sambil jalan terus aktif menggandeng penggemar baru yang lebih muda.

Bagi McLaren, Norris benar-benar membantu tim ini bertahan di jalur yang benar. Setelah sekian tahun tenggelam, sejak tahun lalu McLaren mulai menunjukkan progres di lintasan.

Secara finansial, tim ini masih dalam situasi emergency. Grup McLaren terpaksa mem-PHK 1.200-an karyawan di tengah pandemi ini. Mayoritas personel tim balap juga sempat lama dirumahkan. Beruntung pemerintah Inggris punya kebijakan khusus. Bagi yang dirumahkan, hingga 80 persen gajinya ditanggung pemerintah.

Nah, podium Norris adalah pertanda bahwa tim ini punya karakter kuat. Siap melangkah lagi keluar dari masalah, kembali mengejar sukses seperti di masa lalu.

Dan mereka mungkin bisa melakukannya sambil banyak tertawa, karena punya seorang pembalap yang lucu... (azrul ananda)

Comments (18)

Catatan Rabuan

Formula 1 Tidak Asal Jalan

Akhirnya, tontonan yang paling saya tunggu-tunggu segera dimulai. Akhir pekan ini (3-5 Juli), musim Formula 1 2020 resmi...

Transformasi McLaren (Dari Kaku Jadi Lucu)

Saya begitu menikmati dua lomba pertama musim Formula 1 2020. Sudah lama rasanya tidak merasa se-happy ini. Faktor utama...

Tuhan Adil, Pierre Gasly

Saya benar-benar harus menulis tentang Pierre Gasly. Juara kejutan Grand Prix Italia di Sirkuit Monza, Minggu lalu (6 Se...

Rest In Peace Suara Inspirasi

Ada satu suara yang menjadi inspirasi saya sekaligus jutaan orang di berbagai penjuru dunia. Yaitu suara seorang Murray...