Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda

Benar juga pelajaran dari profesor marketing saya saat kuliah dulu. Orang pada dasarnya tidak tahu apa yang mereka mau. Mereka mengira mau sesuatu, teriak lantang meminta itu diwujudkan, tapi kemudian realitanya ternyata tidak seperti yang mereka duga.

Dari kacamata marketing, yang benar adalah "menunjukkan orang apa yang sebenarnya mereka mau, karena mereka pada dasarnya tidak tahu apa yang mereka mau.

Beberapa tahun lalu, banyak yang teriak. Film-film berbasiskan komik DC terlalu "gelap." Kurang ringan dan kurang humor seperti Marvel. Ketika kemudian dibuat lebih ringan, eh, malah lebih tidak laku lagi. Malah film-film yang lebih gelap dan kejam lagi yang meraih sukses. Seperti Joker (diperankan Joaquim Phoenix), yang meraih duit lebih dari USD 1 miliar, plus dapat Piala Oscar.

Sekali lagi, jangan pernah mencoba untuk follow the leader! Cari jalan sendiri. Sukses tidak harus jadi nomor satu, malah dengan jalan sendiri pada akhirnya bisa melompat ke nomor satu.

Sekarang, DC (di bawah naungan studio Warner Bros) semakin mantap melangkah ke arah yang lebih gelap itu. Sambil menjaga satu kaki di arena yang lebih "populer" dengan melanjutkan secara hati-hati DCEU (DC Extended Universe) yang dulu diprakarsai oleh Zack Snyder.

Langkah termantap itu adalah The Batman. Yang, dengan penuh kelegaan dan kebahagiaan, sempat saya lihat pada hari penayangan pertamanya di Indonesia Rabu ini (2 Maret).

Langkah termantap? Ya!

Catatan khusus: Ben Affleck tetap pemeran Batman favorit saya sekarang. Walau saya paham kebanyakan mungkin suka versi Christian Bale. Kenapa suka Batfleck? Karena ini varian yang berada di fase berbeda.

Batfleck adalah Batman versi separo baya (tua). Batman versi capek. Batman yang sudah merasakan segala kepedihan menjadi pahlawan bertopeng. Batman yang seharusnya sudah siap pensiun, tapi kemudian harus bikin Justice League untuk melawan mahluk luar angkasa.

Batman, yang secara kondang diakui sendiri tidak punya superpower beneran. Batman yang menegaskan kalau kekuatan utamanya adalah kekayaannya! Saya pernah menulis soal Batman Capek ini (Baca: Batman Capek).

Nah, di The Batman, sutradara Matt Reeves menyuguhkan Batman yang sangat berbeda lagi. Diperankan Robert Pattinson yang jauh lebih muda. Karena ini Batman yang belum capek. Ini Batman yang baru memasuki tahun kedua berkarir memerangi kejahatan. Batman yang belum matang. Batman yang belum "megang" bagaimana caranya jadi Batman beneran.

Bagi yang belum menonton, harus ditegaskan dulu. The Batman sama sekali tidak seperti film superhero. Ini adalah cerita detektif. Cerita misteri pembunuhan (kejam). Kebetulan, jagoannya pakai topeng. Lebih mirip nonton film Saw (tapi tidak sekejam itu) daripada film superhero.

Dan ini sangat tidak melenceng dari komik asli kuno dulu. Batman, harus ditegaskan, adalah manusia biasa. Tidak punya kekuatan super. Dia orang superkaya, yang melatih fisiknya hingga level tertinggi, dan memiliki kemampuan intelektual jauh di atas rata-rata. Dan dia agak sakit jiwa. Bagaimana tidak gila. Ketika banyak orang kaya takut mati, Batman --Bruce Wayne-- malah suka cari perkara dan gentayangan di malam hari.

Semua karena trauma masa kecil, ayah dan ibunya dibunuh di depan matanya.

Di komik lama, Batman secara kondang pernah di-marketing-kan sebagai "World's Greatest Detective." Seorang detektif hebat. Nah, The Batman mengambil angle itu. Bagaimana dia dengan pintar bisa memecahkan petunjuk-petunjuk pembunuhan dan mata rantainya.

Mobilnya masih buatan sendiri. Belum supercanggih. Kalau malam dia banyak kelayapan naik motor biasa, membawa backpack yang isinya adalah kostum dan kelengkapan jadi Batman.

Tapi dia juga menunjukkan beberapa teknologi keren. Seperti lensa kontak yang bisa merekam segala yang dia lihat. Untuk bahan studi dan analisa setelah memerangi kejahatan. Dan mungkin, untuk menjadi bukti ke polisi kalau yang dia lakukan adalah untuk kebaikan. Siapa tau dia ditangkap atau disalahkan masyarakat di era media sosial yang bisa "asal jempol" ini.

Apakah saya suka Batman versi Battinson ini? Jujur, saya masih suka Batfleck. Alasan saya menaruh Batfleck di atas versi Bale, karena trilogi The Dark Knight karya Christopher Nolan itu seperti cerita sendiri, bagaimana Bruce belajar jadi Batman (jadi ninja!) sampai kemudian "pensiun" jadi Batman. Trilogi yang luar biasa, dan mengajak kita banyak berpikir tentang sifat manusia, tapi punya dunia sendiri dan agak beda dengan komik-komik yang saya baca dulu.

Tapi, saya menaruh Battinson tetap di tingkat yang sangat tinggi. Karena dia mampu (dengan arahan Reeves) menunjukkan Batman yang benar-benar punya nyawa sendiri. Menonton Batman ini, kita lupa dengan Batman-Batman lama. Karena film ini benar-benar memberi dunia yang berbeda.

Ini Batman yang bertarung di dunia paling nyata. Di mana wali kota berbohong. Kepala polisi berbohong. Jaksa berbohong. Politikus banyak berbohong.

Batman di sini pun menginspirasi tokoh-tokoh antagonis yang juga sakit jiwa. Ketika Batman mencoba sebisa mungkin membasmi kejahatan, para tokoh antagonis itulah yang "membasmi" para penipu publik. Imbang. The Riddler, diperankan dengan unik dan dahsyat oleh Paul Dano, membunuhi satu per satu wali kota, kepala polisi, dan jaksa karena kebohongan mereka. Dia juga ikut membunuh kepala mafia nomor satu. Jadi, di satu sisi, dia juga bisa disebut sebagai pahlawan ketidakadilan membasmi kebohongan politik.

Batman menjadi sosok yang berupaya menjaga harapan. Bahwa masih ada kebaikan. Kota Gotham (dan kemanusiaan) masih bisa diselamatkan.

Dan inilah masa depan yang ditawarkan oleh Batman versi Pattinson untuk penonton bioskop di seluruh dunia. Apa yang akan terjadi di masa depan?

Ketika wali kotanya yang korup sudah mati, digantikan oleh perempuan muda berusia 28 tahun yang masih "hijau." Ketika kepala polisinya yang korup sudah mati, dan akan ada pengganti baru. Ketika jaksanya yang korup sudah mati, dan akan ada pengganti baru. Ketika kepala mafia yang mengatur segalanya sudah mati, dan akan ada perebutan bos baru...

Siapa yang kelak bisa dipercaya? Siapa yang kelak akan memberi masalah bagi Batman? Belum lagi orang-orang sakit jiwa yang kemudian "berteman" di Arkham Asylum, yang masih punya ambisi menciptakan chaos di tengah masyarakat.

Tahun ketiga, keempat, dan seterusnya karir Batman versi Pattinson harus menghadapi semua kekacauan dan ketidakpastian itu. Seperti disinggung di The Batman: Sebelum menjadi baik, dunia harus menjadi lebih buruk dulu...

Catatan penutup: Sekilas, gara-gara The Batman, saya jadi makin degdegan menunggu 2024 di Indonesia. Wkwkwkwk... (Azrul Ananda)

Comments (17)

Catatan Rabuan

Batman Produk Korupsi

Dunia terus berputar. Bintang musik baru akan lahir. Presiden baru akan hadir. Juga, Batman baru akan muncul. Batman den...

Peacemaker Wkwk

Sebagai penggemar DC (di atas Marvel), akhirnya saya punya tontonan andalan baru. Serial yang tayang di HBO Max (di sini...

Shazam dan Tom Hanks

Maklum, sudah lama tidak pacaran. Sabtu malam lalu (30 Maret), istri saya seret pergi ke bioskop. Nonton Midnight. Tapi,...

Zack Snyder's Justice League dan Pelajaran Marketing

Zack Snyder's Justice League benar-benar sudah ditunggu, khususnya oleh penggemar berat DC Comics. Sebuah film empat jam...