Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda

Waktu memang akan menjawab segalanya. Ketika memulai liga basket pelajar DBL pada 2004 di Surabaya, lalu ekspansi bertahap secara nasional pada 2008, kami tahu misi idealis kami KELAK akan berujung kepada hal-hal menakjubkan. Bukan sekadar di arena basket.

Dari awal kami sadar, 99 persen pemain DBL tidak akan jadi pemain profesional. Tapi, dengan program kami yang mengedepankan filsafat-filsafat kerja keras dan profesionalisme, 100 persen bisa menjadi profesional dalam bidang apa pun.

Tidak terasa, DBL sudah menasional lebih dari 15 tahun. Anak-anak istimewa seharusnya sudah mulai bermunculan di berbagai bidang. Dan sekarang, "kelak" itu sudah mulai terasa pula di bidang basket.

Minggu lalu (14 Mei), ada kabar menakjubkan dari Kamboja. Tim basket nasional putri Indonesia untuk kali pertama berhasil meraih medali emas di SEA Games. Pertama kali DALAM SEJARAH. Kami bangga luar biasa. Di dalam tim itu, dari 12 pemainnya, delapan adalah alumnus program kami. Dua lagi naturalisasi.

Yang lebih membahagiakan, momen kemenangan itu terjadi pada pekan yang penting pula di Jakarta. Pekan lalu, di GOR Soemantri Brodjonegoro dan Mal Kota Kasablanka, kami menyelenggarakan KFC DBL Camp dan Festival. Rangkaian penutup dari kompetisi Honda DBL with KFC 2023 yang diselenggarakan di 30 kota di Indonesia. Dari Aceh sampai Papua.

Dari 30 ribu lebih peserta Honda DBL with KFC, hampir 300 pemain dan pelatih SMA terbaik kami kumpulkan di Jakarta. Menjalani seleksi menjadi KFC DBL Indonesia All-Star 2023, yaitu 24 pemain (putra dan putri) dan empat pelatih yang akan belajar dan bertanding ke Amerika.

Jadi, kabar sejarah emas datang dari Kamboja di saat kami sedang menyeleksi calon-calon peraih emas masa depan! Bahkan, kemenangan timnas putri diraih di hari yang sama dengan hari pengumuman mereka yang lolos seleksi. Timing yang luar biasa!

Itu dari arena basket.

Pada Jumat, 12 Mei, kami juga mengumumkan kolaborasi baru yang benih-benihnya mulai ditanamkan pada 2013.

Sepuluh tahun lalu, Jackson Suwargo merupakan salah satu anak SMA yang merasakan atmosfer DBL. Bermain untuk tim SMA Gloria 1 Surabaya. Walau tidak pernah masuk barisan pemain pilihan, pengalaman itu rupanya sangat berkesan untuknya.

Jackson kemudian kuliah ke Amerika, di San Francisco, California. Ketika DBL berencana mengirim Tim All-Star-nya ke kawasan itu, Jackson menjadi salah satu volunteer yang bersedia membantu segala kebutuhan tim selama di Sacramento, San Francisco, dan sekitarnya.

Padahal kerjaannya sangat repot. Harus membantu mencarikan akomodasi, fasilitas transportasi, merencanakan tempat-tempat makan, mengantarkan pemain apabila ada yang sakit, dan lain sebagainya.

Jackson bahkan tidak keberatan terus membantu ketika DBL All-Star tahun-tahun selanjutnya bergeser ke kawasan Los Angeles. Dia harus nyetir enam jam ke selatan California, menjemput rombongan, lalu mendampingi lagi sepanjang program.

Jackson dengan tenang, dengan sabar, menolong adik-adiknya berkiprah di Amerika. Anaknya memang bakat berorganisasi dan berdiplomasi. Ketika kuliah, dia ini ketua Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat).


Jackson dua dari kiri (kaus hitam) saat mendampingi adik-adiknya yang tergabung di skuad DBL Indonesia All-Star 2018 berlatih di Los Angeles. Salah satunya ada Faizzatus Shoimah (tiga dari kiri) yang sempat menjadi pemain timnas Indonesia di FIBA 3X3 U-18 World Championship 2018. 

Pada 2018, Jackson pulang ke Indonesia. Pulang ke Surabaya. Walau aktif ber-networking di Jakarta, dia juga mulai membantu usaha keluarganya. Usut punya usut, keluarganya punya bisnis sepatu. Anda mungkin mengenalnya. Kondang dengan merek Jim Joker.

Jackson bercerita, dia berbincang dengan salah satu pelatih kepala di DBL Academy, Erwin Triono. Termasuk soal mengapa Jackson tidak membuatkan sepatu untuk DBL. Namun karena perusahaan keluarganya masih fokus ke sepatu kulit, dia belum percaya diri.

Pada 2019, Jackson dan kakaknya mulai mengembangkan perusahaan itu. Mulai merambah dunia sporty dan lifestyle. Dengan merek: Jackson. Di tengah pandemi, Jackson menjadi salah satu sepatu dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia.

Kini, pada 2023, momen itu pun tiba. Jackson resmi berkolaborasi dengan DBL Indonesia, dengan brand AZA. Ke depan akan menghadirkan sepatu-sepatu yang akan membantu anak-anak (atau orang) Indonesia untuk mendobrak segala batasan. Bahwa semua akan bisa melakukan apa saja.

Kolaborasi sepatu AZA by Jackson ini di-launching di depan ratusan anak-anak peserta KFC DBL Camp. Menunjukkan kepada mereka, bahwa kelak mereka tidak harus berkembang di dunia basket. Mereka kelak bisa jadi pengusaha-pengusaha muda hebat seperti Jackson.

Pada 2013, Jackson adalah pemain DBL seperti mereka. Sepuluh tahun kemudian, pada 2023, Jackson punya perusahaan yang bisa membantu DBL mengembangkan lagi lebih banyak potensi anak-anak muda di Indonesia.

Bonus poin: Jackson juga kali pertama bertemu Laurencia, yang sekarang jadi istrinya, ketika ikut DBL dulu...

Kembali ke soal sepatu. Sejak 2009, saya sudah punya deretan sepatu "AZA." Selalu berkolaborasi dengan brand Indonesia. Misinya tegas: Supaya memudahkan semakin banyak anak bisa bermain basket. Karena harga sepatu basket begitu mahal, menjadi barrier/batasan untuk anak-anak bermain basket.

League merupakan yang pertama berkolaborasi, kemudian dengan Ardiles. Kami akan selalu berterima kasih kepada mereka. Membantu mendobrak batasan-batasan yang selama ini menghalangi anak Indonesia meraih impiannya.

Sekarang, kami akan memasuki babak baru bersama "anak" kami sendiri, Jackson. Mulai 2023, sepatu DBL akan dibuat oleh anak (alumnus) DBL sendiri. Anak yang menjiwai betul bagaimana rasanya jadi pemain DBL. Yang faham betul filosofi dan segala tujuan dan idealisme DBL. Dan bukan hanya untuk basket. Kami akan memperluas barisan sepatu yang akan tersedia untuk anak-anak (dan orang) Indonesia.

Kami akan mengawalinya dengan lima model baru, yang akan dirilis ke pasar Juni nanti. Tetap dengan filosofi harga terjangkau, lima sepatu ini akan membantu siapa saja untuk lebih aktif dalam kehidupan sehari-harinya. Baik untuk sekolah, maupun untuk bekerja. Kami juga sudah menyiapkan barisan sepatu-sepatu basket baru. Dan setelah itu lain-lain lagi.

Medali emas pertama dalam sejarah. Lalu AZA by Jackson. Anda mungkin bisa merasakan betapa bangga perasaan saya saat ini. Bukti masa depan dan legacy DBL akan didorong dan dilanjutkan oleh alumninya sendiri! (azrul ananda)

Comments (16)

Catatan Rabuan

Sepatu Merdeka

Waktu masih kecil, keluarga saya belum punya banyak uang. Saat SD, ibu saya hanya mau membelikan sepatu harga di bawah R...

Olahraga (Industri) yang Sehat

Olahraga bisa bikin badan kita sehat. Jiwa kita juga kuat. Jadi pengurus olahraga di Indonesia mungkin bisa punya efek b...

Formula 1 Tidak Selamanya?

Sudah lebih dari 25 tahun ini, bulan Maret membuat saya berdebar-debar dan berbahagia. Karena bulan inilah sesuatu yang...

Kebaikan Lucky

Saya tidak ingin sering menulis seperti ini. Tribut untuk seorang sahabat yang baru saja pergi. Tapi ada begitu banyak i...