Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda

Meg Ryan main film lagiiiiii!!!!

Meg Ryan main film rom com lagiiiiii!!!!

Aaaaaah. Setelah begitu lama. Aktris favorit saya sejak remaja akhirnya main film lagi. Dan yang paling penting, dia main jenis film yang membuat saya jatuh cinta kepadanya sejak masih SMA dulu. Main film romantic comedy!

Ya, Meg Ryan sudah tidak imut lagi. Usianya sudah 61 tahun. Film barunya pun tidak lagi tentang jatuh cinta kali pertama. Melainkan tentang apa yang terjadi puluhan tahun kemudian, ketika bertemu lagi dengan cinta pertama. Judulnya: What Happens Later (Apa Yang Terjadi Kemudian).

Belum. Saya belum nonton. Kayaknya juga harus menunggu. Film itu diputar di Amrik mulai awal November, dan saya tidak melihat jadwalnya diputar di Indonesia. Saya mungkin harus menunggu sampai muncul di streaming. Atau, lewat jalur yang tidak semestinya...

Tapi, sudah nonton atau belum tidaklah penting.

Yang paling penting: Meg Ryan main film rom com lagi!!!!

Sebelum membahas tentang film baru itu, dan kira-kira bagaimana, mungkin perlu diberi background dulu kenapa saya cinta Meg Ryan.

Yang sudah rutin bertahun-tahun membaca tulisan saya, mungkin sudah tahu kalau saya ini penggemar film drama romantis. Film favorit saya sepanjang masa adalah Somewhere In Time (1980). Pernah saya tulis di sini. Film favorit kedua: Sleepless in Seattle (1993).

Mungkin ada serendipity kenapa saya suka Sleepless in Seattle. Tahun 1993 adalah tahun penting hidup saya. Lulus SMP, berangkat ke Amerika ikut program pertukaran pelajar SMA.

Sebelum ditempatkan di keluarga angkat masing-masing, puluhan dari kami (campuran dari Indonesia, Jepang, dan Taiwan) dikumpulkan dulu untuk menjalani camp penyesuaian budaya selama tiga pekan. Lokasinya: Seattle (lebih tepatnya dekat Seattle, walau tentu harus ke Seattle dulu dan jalan-jalannya ke Seattle).

Film Sleepless in Seattle begitu populer. Mungkin karena itulah lantas aktor Tom Hanks dan aktris Meg Ryan jadi favorit saya sepanjang masa.


Salah satu adegan di film Sleepless in Seattle.

Fast forward 1998. Saya sudah di tengah-tengah masa kuliah. Mulai punya pengalaman pacaran dan masih hobi nonton rom com. Tom Hanks dan Meg Ryan main film bareng lagi, You've Got Mail. Pas banget, relatable banget. Karena waktu itu saya juga pemakai jasa internet dan email America Online (AOL).

Kedua film rom com itu begitu "dewasa". Bukan kisah cinta remaja atau orang muda yang kadang terlalu dibumbui oleh nafsu dan adegan-adegan semestinya. Kedua film itu sama-sama menggambarkan dua orang dewasa yang sedang mencari kebahagiaan.

Di Sleepless in Seattle, Tom Hanks memerankan arsitek yang baru saja kehilangan istri karena kanker. Sementara Meg Ryan merupakan wartawan yang sebenarnya sudah bertunangan dengan seseorang yang dia pikir cocok untuknya. Cerita mereka terjahit lewat acara bincang radio. Baru benar-benar bertemu di puncak Empire State Building New York, di akhir film.

Di You've Got Mail, latar belakangnya malah persaingan bisnis di tengah evolusi industri retail kala itu. Meg Ryan adalah pemilik toko buku kecil di New York, yang terancam bangkrut oleh jaringan toko buku raksasa milik keluarga Tom Hanks. Walau secara bisnis bermusuhan (kecil lawan raksasa), ternyata mereka adalah teman bincang email yang sehati.


Tom Hanks dan Meg Ryan kembali bertemu di film You've Got Mail.

Dua film itu begitu "dewasa", begitu intelektual. Saya tidak pernah bosan menontonnya sampai sekarang. Walau banyak isi film itu sudah tidak zaman (radio, toko buku), tapi koneksi manusianya sangat relevan.

Nora Ephron, penulis dan sutradaranya, benar-benar luar biasa!

Tentu saja, Meg Ryan tidak hanya imut di dua film itu. Walau dia termasuk kena typecast memerankan sosok serupa, variasi karakternya tetap membuat saya betah menontonnya. Kerlingannya, gerak kekanak-kanakan yang cute, adalah trademark-nya.

Favorit saya yang lain: Film I.Q. (1994). Di sini, Meg Ryan memerankan keponakan Albert Einstein yang jenius tapi susah bergaul. Eintein dan ilmuwan kondang lain harus mengeluarkan berbagai jurus untuk "menjodohkannya" dengan seorang mekanik yang diperankan Tim Robbins. Agak fantasi, tapi lucu dan menyentuh!

Ada juga French Kiss (1995) berpasangan dengan Kevin Kline yang kocak. Atau Addicted To Love (1997), berpasangan dengan Matthew Broderick.

Plus, ada cerita drama yang berakhir termasuk tragis, City of Angels (1997), berpasangan dengan Nicolas Cage. Film yang terakhir ini diiiringi lagu yang sampai sekarang tidak bosan saya dengar: Iris (Goo Goo Dolls).

Sebenarnya, ada When Harry Met Sally (1989), film yang kali pertama melambungkan nama Meg Ryan. Tapi entah mengapa saya kurang menyukainya.

Meg Ryan sendiri setelah itu banyak mencoba tampil di film-film action, drama, dan lain-lain. Saya memilih tidak menontonnya.

Meg Ryan di mata saya harus yang imut, yang lucu, yang tampil di cerita romantis. Saking ngefansnya dulu, praktis cewek yang saya taksir, atau jadi pacar saya, adalah yang berambut pendek atau mirip rambut Meg Ryan! Paling tidak antara 1994-1999!

Sekarang, Meg Ryan main film lagi. Film pertamanya sejak 2015. Tapi film pertama yang layak saya pedulikan sejak entah kapan. Karena kali ini main rom com lagi! Tidak peduli bahwa dia sudah berusia 61 tahun, dan entah sudah berapa banyak "prosedur" yang dia lakukan antara dulu sampai usia sekarang!

What Happens Later ditulis (co-wrote) dan disutradarai sendiri oleh Ryan. Tentang dua mantan pasangan yang tiba-tiba bertemu lagi di sebuah airport, setelah puluhan tahun berpisah. Gara-gara kena badai salju, keduanya terpaksa "nyangkut" semalam di bandara itu. Terpaksa harus berinteraksi, saling berbicara lagi...

Film ini ditulis Ryan saat pandemi. Yang jadi pasangan mainnya adalah David Duchovny, 63, yang dulu kondang lewat serial X-Files. Bahkan, pemerannya hanya dua orang ini saja. Lokasinya hanya di dalam airport itu saja. Masa syutingnya disebut hanya 18 hari saja. Total anggarannya katanya hanya USD 3 juta saja (mungkin lebih murah dari film besar Indonesia sekarang).

Sepanjang film itu disebut hanya berisi obrolan mereka berdua. Bahkan, awalnya skenarionya memang dibuat seolah-olah ini adalah untuk panggung teater.

Bagus? Entahlah. Bisa ya. Bisa tidak. Yang pasti isinya perbincangan yang sangat dewasa, menganalisa cerita lama, membuka luka lama, merehabilitasi luka lama. Buat saya, itu sudah cukup bikin penasaran.

Poin positif lain film ini di mata saya: Lokasi syutingnya adalah di bandara di sebuah kota kecil yang indah bernama Bentonville, di negara bagian Arkansas. Teman-teman, kota itu merupakan salah satu kota favorit saya sekarang. Setelah sempat mengunjunginya pada 2021 lalu. Pernah saya tulis (Kota Ajaib Bentonville).

Sayang, saya tidak melihat ada jadwal film ini bakal diputar di Indonesia. Padahal, untuk penonton film yang lebih dewasa (atau tua, he he he), film seperti ini bisa jadi oase di tengah gempuran film-film special effect (dan super hero) yang makin lama makin menurun kualitasnya (atau kita sudah bosan).

Film tentang dua orang ngobrol.

Tentang cinta.

Tentang hidup.

Dan salah satunya adalah Meg Ryan!(azrul ananda)

Comments (8)

Catatan Rabuan

Serendipity di Valentine Pandemi

Hari demi hari kita lewati di tengah pandemi. Hari khusus demi hari khusus juga kita lewati. Bagi yang muda, atau yang b...

Valentine Somewhere in Time

Weekend ini seharusnya jadi weekend menarik, kalau Anda sedang ingin romantis dengan pasangan. Karena ini adalah weekend...

Polisi Brutal Lebah

Segala video rekaman yang muncul, dari berbagai sudut dan sumber, tetap masih hanya memberikan sebagian gambaran. Belum...

Politik dan Komedi Borat

Akhir Oktober ini, mulai Jumat, 23 Oktober lalu. Sekuel film Borat beredar. Empat belas tahun setelah seri pertama! Judu...