Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda
Search Results for ""

Beberapa hari lalu, saya dan beberapa pengusaha serta tokoh muda diajak makan pagi dan berbincang dengan Malcolm Turnbull. Beliau perdana menteri ke-29 Australia, yang masa jabatannya baru berakhir 2018 lalu.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Minggu malam lalu (22 September) benar-benar jadi malam happy bagi penggemar tontonan olahraga seperti saya. Sejak sore sampai dini hari, berturut-turut ada tontonan yang bisa saya nikmati.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Pekan ini, ada dua peristiwa yang mengingatkan kalau saya mulai tua. Satu, tes darah untuk jaga-jaga dan antisipasi berbagai kemungkinan masalah. Dua, perayaan 25 tahun serial komedi Friends.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Ramai banget. Pembicaraan dan perdebatan mengenai Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan PB Djarum. Kita bersyukur akhirnya ada penyelesaiannya. Saya ingin menyampaikan poin utama dari masalah ini. Dan ini belum ada yang menyinggung atau membicarakan. Padahal ini masalah serius. Dan sudah lama menjadi masalah serius tanpa ada yang membicarakannya, apalagi mencari jalan keluarnya.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Badan saya langsung bereaksi. Bulu kuduk berdiri. Merinding. Campuran sedih dan khawatir. Ini terjadi saat diajak ikut sebuah pertemuan terbatas beberapa waktu lalu. Melibatkan kalangan akademisi, politisi, pengusaha, pelajar, hingga perwakilan pemerintahan asing.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Setelah puluhan tahun, akhirnya saya nonton film Gundala lagi. Segala nostalgia masa kecil langsung kembali. Perasaan yang begitu indah, membuat saya kembali bernyanyi-nyanyi dan membuat tertawa istri dan teman-teman. Juga melihat betapa film itu punya potensi untuk sekuel.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Belakangan saya merasa kekurangan asupan. Bukan makanan, melainkan “asupan intelektual.” Gara-gara sudah sangat jarang baca buku, dan semakin hari rasanya semakin sulit bertemu orang yang bisa memberi “pencerahan.”

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Waktu masih kecil, keluarga saya belum punya banyak uang. Saat SD, ibu saya hanya mau membelikan sepatu harga di bawah Rp 20 ribu sepasang. Biasanya merek Kasogi. Kalau tidak salah Rp 17.500 sepasang.

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Abah saya penggemar berat, bahkan mungkin tergolong penganut, Pramoedya Ananta Toer. Waktu saya masih SD, saya sudah dicekoki buku-bukunya. Padahal waktu itu masih ilegal peredarannya di Indonesia. Tapi, ayah saya selalu meninggalkan buku-buku Pramoedya Ananta Toer untuk saya baca di rumah. Apalagi waktu saya mulai suka mengetik cerita (beberapa cerpen saya waktu SD pernah dimuat di majalah anak-anak seperti Ananda).

Azrul Ananda Baca selengkapnya

Banyak ungkapan atau istilah yang mungkin sudah ketinggalan zaman. Misalnya, “kuli tinta” untuk menggambarkan wartawan. Penggantinya, “kuli disket,” juga sudah tidak relevan. Nah, ada satu ungkapan yang membuat saya agak merenung, karena seharusnya ungkapan itu bisa relevan sepanjang masa. Yaitu “Seeing is believing.” Alias kalau kita bisa melihat, berarti kita percaya.

Azrul Ananda Baca selengkapnya